::Selamat datang di blog resmi Himpunan Mahasiswa Departemen Sastra Indonesia Universitas Airlangga.::

Sabtu, 18 Juni 2011

Sebuah Apresiasi Kepada Binatang Jalang







Tak mudah untuk menangkap sebuah realitas yang ada dan menuangkannya menjadi sebuah sajak, adalah sosok Chairil Anwar, seorang penyair yang agaknya mempunyai cerita kontroversial tentang diri dan kehidupannya. Seorang yang melakukan perlawanan tentang diri dan dunianya, dimana seorang Chairil harus bisa hidup dengan segala liar yang ada dalam pikirannya dan berbagai cercaan yang datang padanya pada masa itu. Seorang penyair yang sangat lugas dengan bahasa sehari-hari dengan tanpa mengurangi nilai estetik dalam setiap puisinya.

Sebagai seorang penyair, Chairl Anwar berusaha untuk mengubah bagaimana arah sebuah penulisan puisi yang biasanya ditulis dengan mendayu-dayu menjadi sangat lugas, sampai akhirnya ia meninggal dan banyak pengamat sastra yang memujinya sebagai pembaharu dunia sastra Indonesia angkatan’45, karena hal ini agaknya yang mendorong banyak orang dan pengamat sastra untuk mengapresiasi seorang Chairil Anwar dan karya-karyanya dalam bentuk kegiatan kesenian.

Malam Charil Anwar merupakan acara tahunan yang biasa dilaksanakan oleh Departemen Sastra Indonesia, UNAIR. Sebuah tradisi yang selalu membawa misi tersendiri disetiap tahunnya untuk dapat mengapresiasi Chairil Anwar dan karya-karyanya dengan rasa yang berbeda. Malam Chairil Anwar pada tahun ini memberikan sebuah rangkaian acara yang mungkin dapat merepresentasikan Charil Anwar secara utuh penuh seluruh.

Dibuka dengan lomba baca puisi yang bertempat di auditorium Fakultas Ilmu Budaya. Sebagai acara pembuka, acara ini dapat dibilang menarik dengan penataan panggung yang apik dan pencahayaan yang dapat mewakili rasa dari setiap puisi Chairil Anwar. Dengan juri yang berkompetensi dibidangnya, seperti Indra Tjahyadi, seorang penyair yang sudah menerbitkan kumpulan puisi yang diberi judul “Kitab Syair Jancuk Jaran” ada juga dosen yang juga merangkap sebagai wakil dekan I Fakultas Ilmu Budaya, Ki Puji Karyanto, dan juga ada dari mahasiswa yang sudah malang melintang di dunia baca membaca puisi, yang beberapa waktu lalu juga mendapat juara II dalam lomba baca puisi yang diselenggarakan oleh UNAIR, yaitu Annura Wulandarini Subandriyo. Dan pada hasil akhir terdapat 3 peserta lomba yang memenuhi kriteria pembacaan puisi dari 25 pesaing lainnya.

Ada juga pameran yang diberi tajuk “Dari kita untuk Chairil Anwar”. Pameran yang diisi oleh beberapa kartunis muda kita ini memang cukup menggemaskan dibeberapa karyanya, contoh karya yang ada adalah sketsa Chairil Anwar yang sedang membawa rokok dan kehilangan korek yang diberi judul “balekno korekku” karya Ade’07 yang cukup menggemparkan dunia karikatur, sayang acara ini hanya berlangsung 2 hari, karena adanya kesalahan teknis dari panitia yang terjadi pada bagian perlengkapan sehingga peminjaman tempat tidak bisa diperpanjang. Tapi pada akhirnya acara ini berlangsung sukses tanpa kekurangan satu apapun.

Malam Chairil Anwar tahun ini mendapat sambutan baik dari kalangan penikmat sastra, akademisi yang bergerak dibidangnya dan tak ketinggalan teman-teman dari SMA yang ingin mengetahui lebih tantang sastra, terbukti dalam acara seminar yang diberi judul “Puisi-puisi Chairil Anwar dalam konteks kekinian” mendapat sambutan baik, dengan dihadiri oleh sedikitnya 121 teman-teman yang telah mencantumkan namanya dalam buku tamu acara ini, antara lain dari IAIN, Universitas Surabaya, Universitas Muhammadiyah dan UNIPA, juga tak ketinggalan dari teman-teman SMA 6 Surabaya. Pada acara seminar kali ini teman-teman panitia mendatangkan pembicara seorang penyair kenamaan yang sudah banyak menerbitkan antologi puisi, yang antara lain adalah; Wong kampung dan yang terakhir terbit adalah Siti Surabaya dan Kisah Para Pendatang, ialah F. Aziz Manna, seorang penyair yang juga sekaligus aktor lulusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, UNAIR, dan juga Listiyono Santoso, dosen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya yang telah menerbitkan bukunya berjudul Epistemologi Kiri. Acara ini berlangsung seru ketika banyak dari peserta berusaha mengungkap bagaimana relevansi puisi-puisi Chairil Anwar jika dihadapkan dengan keadaan saat ini, dan bagaimana menghadirkan sastra dikalangan masyarakat luas untuk bisa mendapat perhatian lebih, karena banyak pertanyaan tentang sastra yang dianggap sebelah mata oleh masyarakat.

Tak berhenti sampai disitu, Malam Chairil Anwar tahun ini memberi sebuah suguhan menarik pada malam puncak dengan tema “Ziarah” sebuah tema yang diambil untuk mewakili kerinduan kita tentang Chairil Anwar, dan berusaha menangkap sosoknya lewat Ziarah, sebuah ritual untuk kembali mengenang sosok binatang jalang ini. Layaknya ziarah kematian, ziarah Chairil Anwar pada tahun ini berusaha menangkap nilai pada titik paling dasar dari seorang Chairil Anwar untuk menghidupkan kerinduan padanya, berusaha menciptakan nuansa sendu sebagai penguat rasa rindu yang mendalam pada hati setiap penonton. Dibuka dengan drama singkat yang disuguhkan oleh Zulfira, Arif dan Rizal dengan mengusung judul Payung-payung yang dialog-dialognya diambil dari potongan sajak-sajak Chairil. Pertunjukan ini ditujukan untuk mengenang karya-karya Chairil Anwar. Acara selanjutnya ada sambutan Ketua Panitia Malam Chairil Anwar, Ketua HIMA Sastra Indonesia. Disusul sambutan oleh ki Puji Karyanto selaku wakil dekan I Fakultas Ilmu Budaya Unair, dan diakhiri oleh dari Pak Aribowo selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair tentang puisi-puisi Chairil Anwar yang sudah mencapai tahap estetika kata-kata dan diakhiri dengan ucapan agar acara Malam Chairil Anwar ini dapat lebih baik kedepannya. Ada juga penampilan apik dari PAKAR SAJEN yang menampilkan medley berisi 5 lagu. Setelah itu disusul dengan penampilan dari teman-teman SMK 9 dengan musikalisasi puisinya. Suasana bertambah meriah setelah Air Mata Buaya menutup acara dengan membawakan empat lagu.(boy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar