::Selamat datang di blog resmi Himpunan Mahasiswa Departemen Sastra Indonesia Universitas Airlangga.::

Sabtu, 25 Juni 2011

Resensi Kumcer "Mozaik Ingatan"


Sanggahan Kematian Prosa Surabaya

Empat belas cerpen di buku ini memperlihatkan bahwa dunia prosa
Surabaya terus menggeliat. Kesamaan memaknai realitas sosial melemahkan sekaligus menguatkan


SECARA nasional, terdapat asumsi umum bahwa Surabaya lebih familier disebut sebagai basis penyumbang puisi ketimbang pabrik perajin prosa. Anggapan itu cukup beralasan lantaran pada saat para penyair yang pernah ditempa dalam kawah candradimuka Kota Pahlawan masih memberi andil menata sejarah sastra Indonesia, habitat prosa di ibu kota Jawa Timur ini justru mengesankan suasana adem ayem, diam, lembam, vakum, beku, mandul, atau lebih parah lagi sedang berada dalam kondisi mati suri.

Dalam peta kognitif kesusastraan nasional, tersirat dengan jelas bahwa laju gerbong prosa Surabaya pernah didorong oleh nama-nama besar semacam Suparto Brata, Shoim Anwar, dan Budi Darma. Kemudian, kendali kemudi tersebut berhasil dilanjutkan secara fenomenal oleh Sony Karsono dan Mashuri. Sayang, alur yang terjadi setelah itu: antiklimaks. Gerbong berhenti mendadak.

Gerbong yang berhenti tersebut adalah suatu penanda kekosongan kreativitas sedang melanda dunia prosais Surabaya. Ketiadaan estetika, nol moral, serta hampa intelektual, demikian kalangan kritikus sastra gemar merumuskan keberadaan alam prosa Surabaya mutakhir. Lantas, benarkah sudah sedemikian parah keadaan prosa Surabaya? Sebenarnya tidak.

Simak saja surat kabar lokal maupun nasional keluaran akhir pekan pada kolom budaya, dan Anda akan menemukan bahwa asumsi tentang prosais Surabaya tadi tidak pada tempatnya. Sebab, di berbagai media tersebut, banyak sekali bertebaran karya para prosais Surabaya. Amati pula tumpukan buku kumpulan cerpen maupun novel di toko-toko buku sekeliling Anda.

Anda akan menemukan berjubel tawaran kisah dan gagasan yang menakjubkan dari para penggiat sastra Surabaya. Bukankah setidaknya tawaran-tawaran semacam itu bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam mewarnai kerangka kesejarahan sastra Indonesia?

Buku kumpulan cerita pendek (cerpen) Mozaik Ingatan merupakan salah satu wujud sanggahan kematian dunia prosa Surabaya. Buku yang diterbitkan Penerbit Leutika Prio Yogyakarta 2011 tersebut memuat 14 cerpen yang pernah terpublikasi di media massa lokal maupun nasional – beberapa karya dipilih dengan pertimbangan pernah meraih penghargaan pada festival tulis-menulis di tingkat lokal maupun nasional.

Empat belas karya tersebut ditulis oleh tujuh cerpenis muda yang terhimpun dari satu komunitas Cak Die Rezim (CDR). Mereka adalah Agus Budiawan, Arief Junianto, Eko Darmoko, Finsa E. Saputra, Itok Kurniawan, Rangga Agnibaya, dan R. A. Pujayanto.

Selain menyajikan kualitas karya dengan aroma khas berkualitas terbaik yang dapat dipertanggungjawabkan, Mozaik Ingatan juga menghadirkan satu tulisan khusus, yakni naskah kritik. Kritik atas empat belas cerpen, lebih tepatnya, Bramantio, salah seorang pemenang Sayembara Telaah Sastra DKJ 2007 dan Sayembara Telaah Sastra DKJ 2009, didaulat menelaah keseluruhan karya Mozaik Ingatan.

Membaca pemaparan Bramantio, pembaca tidak perlu risau atau tidak perlu menyangsikan bakal tidak mendapatkan telaah yang murni, netral, dan jujur.

Dalam Mozaik Ingatan, Bramantio memilih berdiri secara indipende pada saat membedah karya. Dengan kebebasan tersebut, Bramantio berhasil menemukan struktur bangunan kisah yang dikentarai janggal, menyampaikan makna-makna implisit tanpa terbebani tanggung jawab, hingga dia dapat menentukan benang merah pengikat keseluruhan karya.

Selain itu, eksistensi sebuah komunitas, menurut Bramantio, selain menghasilkan output positif, juga memberikan efek sebaliknya. Blunder. Dapat menghambat pengarang memperkaya wawasan. Mau tidak mau hanya ada satu faktor yang pantas dikambinghitamkan, yakni komunitas. Intensitas kebersamaan, tanpa sadar, memengaruhi pembentukan kesamaan sudut pandang tujuh cerpenis muda Surabaya tersebut.

Tetapi, uniknya, pembaca akan diajak memasuki suatu perasaan yang menghanyutkan bahwasanya kelemahan yang tampak di mata kritikus yang juga berprofesi sebagai dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya ini justru membentuk kumpulan cerpen Mozaik Ingatan sebagai salah satu karya yang memiliki karakter kuat. Dengan demikian, kelemahan justru merupakan keunggulan tersendiri yang patut diapresiasi dalam kumpulan cerpen Mozaik Ingatan. (*)

*Risang Anom Pujayanto. Penulis, tinggal di Surabaya.

Jawa Pos 26 Juni 2011

Sabtu, 18 Juni 2011

Sebuah Apresiasi Kepada Binatang Jalang







Tak mudah untuk menangkap sebuah realitas yang ada dan menuangkannya menjadi sebuah sajak, adalah sosok Chairil Anwar, seorang penyair yang agaknya mempunyai cerita kontroversial tentang diri dan kehidupannya. Seorang yang melakukan perlawanan tentang diri dan dunianya, dimana seorang Chairil harus bisa hidup dengan segala liar yang ada dalam pikirannya dan berbagai cercaan yang datang padanya pada masa itu. Seorang penyair yang sangat lugas dengan bahasa sehari-hari dengan tanpa mengurangi nilai estetik dalam setiap puisinya.

Sebagai seorang penyair, Chairl Anwar berusaha untuk mengubah bagaimana arah sebuah penulisan puisi yang biasanya ditulis dengan mendayu-dayu menjadi sangat lugas, sampai akhirnya ia meninggal dan banyak pengamat sastra yang memujinya sebagai pembaharu dunia sastra Indonesia angkatan’45, karena hal ini agaknya yang mendorong banyak orang dan pengamat sastra untuk mengapresiasi seorang Chairil Anwar dan karya-karyanya dalam bentuk kegiatan kesenian.

Malam Charil Anwar merupakan acara tahunan yang biasa dilaksanakan oleh Departemen Sastra Indonesia, UNAIR. Sebuah tradisi yang selalu membawa misi tersendiri disetiap tahunnya untuk dapat mengapresiasi Chairil Anwar dan karya-karyanya dengan rasa yang berbeda. Malam Chairil Anwar pada tahun ini memberikan sebuah rangkaian acara yang mungkin dapat merepresentasikan Charil Anwar secara utuh penuh seluruh.

Dibuka dengan lomba baca puisi yang bertempat di auditorium Fakultas Ilmu Budaya. Sebagai acara pembuka, acara ini dapat dibilang menarik dengan penataan panggung yang apik dan pencahayaan yang dapat mewakili rasa dari setiap puisi Chairil Anwar. Dengan juri yang berkompetensi dibidangnya, seperti Indra Tjahyadi, seorang penyair yang sudah menerbitkan kumpulan puisi yang diberi judul “Kitab Syair Jancuk Jaran” ada juga dosen yang juga merangkap sebagai wakil dekan I Fakultas Ilmu Budaya, Ki Puji Karyanto, dan juga ada dari mahasiswa yang sudah malang melintang di dunia baca membaca puisi, yang beberapa waktu lalu juga mendapat juara II dalam lomba baca puisi yang diselenggarakan oleh UNAIR, yaitu Annura Wulandarini Subandriyo. Dan pada hasil akhir terdapat 3 peserta lomba yang memenuhi kriteria pembacaan puisi dari 25 pesaing lainnya.

Ada juga pameran yang diberi tajuk “Dari kita untuk Chairil Anwar”. Pameran yang diisi oleh beberapa kartunis muda kita ini memang cukup menggemaskan dibeberapa karyanya, contoh karya yang ada adalah sketsa Chairil Anwar yang sedang membawa rokok dan kehilangan korek yang diberi judul “balekno korekku” karya Ade’07 yang cukup menggemparkan dunia karikatur, sayang acara ini hanya berlangsung 2 hari, karena adanya kesalahan teknis dari panitia yang terjadi pada bagian perlengkapan sehingga peminjaman tempat tidak bisa diperpanjang. Tapi pada akhirnya acara ini berlangsung sukses tanpa kekurangan satu apapun.

Malam Chairil Anwar tahun ini mendapat sambutan baik dari kalangan penikmat sastra, akademisi yang bergerak dibidangnya dan tak ketinggalan teman-teman dari SMA yang ingin mengetahui lebih tantang sastra, terbukti dalam acara seminar yang diberi judul “Puisi-puisi Chairil Anwar dalam konteks kekinian” mendapat sambutan baik, dengan dihadiri oleh sedikitnya 121 teman-teman yang telah mencantumkan namanya dalam buku tamu acara ini, antara lain dari IAIN, Universitas Surabaya, Universitas Muhammadiyah dan UNIPA, juga tak ketinggalan dari teman-teman SMA 6 Surabaya. Pada acara seminar kali ini teman-teman panitia mendatangkan pembicara seorang penyair kenamaan yang sudah banyak menerbitkan antologi puisi, yang antara lain adalah; Wong kampung dan yang terakhir terbit adalah Siti Surabaya dan Kisah Para Pendatang, ialah F. Aziz Manna, seorang penyair yang juga sekaligus aktor lulusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, UNAIR, dan juga Listiyono Santoso, dosen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya yang telah menerbitkan bukunya berjudul Epistemologi Kiri. Acara ini berlangsung seru ketika banyak dari peserta berusaha mengungkap bagaimana relevansi puisi-puisi Chairil Anwar jika dihadapkan dengan keadaan saat ini, dan bagaimana menghadirkan sastra dikalangan masyarakat luas untuk bisa mendapat perhatian lebih, karena banyak pertanyaan tentang sastra yang dianggap sebelah mata oleh masyarakat.

Tak berhenti sampai disitu, Malam Chairil Anwar tahun ini memberi sebuah suguhan menarik pada malam puncak dengan tema “Ziarah” sebuah tema yang diambil untuk mewakili kerinduan kita tentang Chairil Anwar, dan berusaha menangkap sosoknya lewat Ziarah, sebuah ritual untuk kembali mengenang sosok binatang jalang ini. Layaknya ziarah kematian, ziarah Chairil Anwar pada tahun ini berusaha menangkap nilai pada titik paling dasar dari seorang Chairil Anwar untuk menghidupkan kerinduan padanya, berusaha menciptakan nuansa sendu sebagai penguat rasa rindu yang mendalam pada hati setiap penonton. Dibuka dengan drama singkat yang disuguhkan oleh Zulfira, Arif dan Rizal dengan mengusung judul Payung-payung yang dialog-dialognya diambil dari potongan sajak-sajak Chairil. Pertunjukan ini ditujukan untuk mengenang karya-karya Chairil Anwar. Acara selanjutnya ada sambutan Ketua Panitia Malam Chairil Anwar, Ketua HIMA Sastra Indonesia. Disusul sambutan oleh ki Puji Karyanto selaku wakil dekan I Fakultas Ilmu Budaya Unair, dan diakhiri oleh dari Pak Aribowo selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair tentang puisi-puisi Chairil Anwar yang sudah mencapai tahap estetika kata-kata dan diakhiri dengan ucapan agar acara Malam Chairil Anwar ini dapat lebih baik kedepannya. Ada juga penampilan apik dari PAKAR SAJEN yang menampilkan medley berisi 5 lagu. Setelah itu disusul dengan penampilan dari teman-teman SMK 9 dengan musikalisasi puisinya. Suasana bertambah meriah setelah Air Mata Buaya menutup acara dengan membawakan empat lagu.(boy)

Jumat, 17 Juni 2011

SUSUNAN PENGURUS HMD SASTRA INDONESIA PERIODE 2010-2011


Pembimbing : Dwi Handayani

Badan Pengurus Harian:

Kahima : M. Nukmanul Multazam

Wakahima : Octia Harvia B.

Sekretaris : Zaratul Ilmia

Bendahara : Zulfira Hildana

Divisi Minat Bakat (MINBAK) :

Kadiv : Ari Tri S.

Anggota :

1. Fenty Widya A.

2. Eka Novitasari

3. Adelia Savitri:

4.Devina M. S

5. Ian Darmawan

6. Hilga Putera P.

7. M. Rudiansyah

Divisi Kesekretariatan:

Kadiv : Rolis Cokro P.

Anggota :

1. Farida R.

2. Aminanti Dini

3. Amrina Silvy

4. Dahana Cahya

5. Ethiyal L.

6. Fista Eka

7. Hengky Y.

8. Santo Heryawan

9. Siska Putri A.

Divisi Informasi dan Komunikasi (INFOKOM):

Kadiv : Ria Agustina

Anggota :

1. M. Nasser Endara

2.Made Gea M.

3.Anis Nurulita

4.Andi Pratama

5. Aisyah Y.

6. M. Alfian

7. Novida Yanti

8. Rizal Agung K.

9. Yosseva R.

Divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) :

Kadiv : Dewi K.I.A

Anggota :

1.Ratna Mega S

2.Dinny Wulandari

3.Ajeng Sukma H

4. Ariyanto dedi

5. Eric Steffani

6. Fairuz zamzami

7. Hudha Abdul R.

8. Ryma Alista

9. Septian Hari P.

Divisi Sosial:

Kadiv : Bertha Eka H.

Anggota :

1. Ratna Kikky A.

2. Riskhi Nurul A.

3. Amalia Dwi A.

4. Anang Fitranto

5. Dewi M.

6. Dini Ardianty

7. Farisha Firni

8. M. Arivin

9. M. Khadafi

10. M. Syamsuddin

11. Ratna Puspitasari


Salam Pengantar

Salam Sastra!

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, dengan segala upaya serta keinginan yang kuat, akhirnya di Bulan Juni 2011 Blog ini kembali hadir diantara rekan - rekan Sastra Indonesia Universitas Airlangga setelah vakum selama 2 Tahun karena berbagai kesibukan dan pergantian pengurus.

Dengan hadirnya blog ini kembali, kami mengundang teman - teman Sastra Indonesia dan juga para alumni untuk mengirimkan karya - karyanya baik berupa cerpen, puisi, opini, resensi maupun karya lainnya agar dapat ditampilkan dalam Blog ini.

Akhir kata, Kami mengharapkan blog ini dapat memberikan semangat baru dalam bersastra dan memberikan gagasan - gagasan yang bermaanfaat demi kemajuan Sastra Indonesia serta dapat berfungsi sebagai media Komunikasi antara Mahasiswa Sastra Indonesia, Dosen - dosen, para alumnus, serta masyarakat pecinta sastra.




Divisi Informasi dan Komunikasi
HMD Sastra Indonesia